Rasanya senang sekali dapat masuk ke sekolah yang telah aku impikan. Memang awalnya aku bercita-cita sebagai koki handal. Namun, aku hanya bisa memilih satu pilihan sekolah untuk ditekuni, berbeda dengan saat masuk SMP. Dan aku memilih untuk masuk ke sekolah SMKN 2 Buduran ini. Dengan dilatih untuk bisa menjadi fotografer, designer, dan pembuat film.
Tetapi sudah tentu kami tidak bisa lepas dari pelajaran untuk bisa berbahasa Inggris. Di sekolahku pelajaran bahasa Inggris ini dibagi menjadi tiga. TOEIC, Ge dan Speaking. TOEIC melatih kami supaya lebih cermat mendengarkan dan mengamati sebuah cerita atau percakapan yang sedang berlangsung. Kalau Speaking, sudah jelas supaya kami lebih memahami cara mengucapkan perkataan dan berbicara berbahasa Inggris dengan baik dan benar.
Sedangkan GE, kami dilatih untuk dapat menguasai tata bahasa Inggris sehingga kami dapat menguasai materi bahasa Inggris lain yang telah aku sebutkan tadi. Telah sekitar beberapa minggu telah kami lalui, dan sudah saatnya bagi kami untuk mengadakan ulangan harian. Di malam hari sebelum ulangan tersebut aku sedang kebingungan untuk mengerjakan tugasku. Dan hanya beberapa lembar soal-soal di buku yang sudah aku baca.
Esok harinya mau tidak mau kami harus mengikuti ujian tersebut. Kami duduk tidak saling berhadapan dengan metode duduk yang telah acak, khusus agar tidak bisa menyontek. Setidaknya aku bisa mengerjakan dengan tenang tanpa merasa takut orang lain akan meminta jawaban dari kami.
Dan hasilnya, aku mendapatkan nilai hasil ulangan harianku dengan nilai yang jelek. Angka 63 berwarna merah berwarna merah, dituliskan begitu besar di sudut kanan atas lembaran jawaban soal ujianku. Miss Devina, guru mata pelajaran GE kami, memerintah kami untuk menuliskan data perolehan nilai-nilai kami yang begitu jelek.
Ia sengaja menyuruh kami melakukan hal tersebut agar kami tahu betapa jeleknya nilai-nilai yang kami peroleh. Dalam satu kelas ini, hanya satu murid yang mendapatkan nilai 8 dan hanya 5 anak yang mendapatkan nilai 6, sedangkan jumlah murid di kelas kami adalah 39. Miss Devina begitu kecewa dengan anak-anak didiknya ini. Ia tidak senang dengan kelas kami yang selalu membuat ribut dan tidak bisa diam.
Bahkan teman-teman sekelasku ini sesekali bersorak kepada anak-anak lain yang mendapat nilai 6, karena nilai mereka lebih jelek. Dan di saat itu, kami berusaha untuk bisa meminta maaf kepada Miss Devina atas semua kelakuan kurang baik yang telah kami lakukan. Namun sampai saat ini, mereka tetap tidak bisa menepati janji mereka. Dan semoga suatu saat nanti mereka bisa menyadari semua kelakuan kurang baik mereka. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar